Sabtu, 23 Maret 2013

Kebenaran tentang Kristen yang salahkan oleh umat Muslim

Shalom Saudara" umat Kristiani/nasrani, juga salam bagi umat" Islam. Sebelumnya saya berterima kasih bagi yang sudah membaca atau melihat artikel ini. Disini saya akan menjelaskan soal pandangan umat islam dimata umat Kristen atau nasrani.

Yang pertama yakni yang terpenting adalah bahwa umat Kristen tidak pernah sekali" mengakui bahwa Muhammad SAW adalah utusan Tuhan sang pencipta langit dan bumi sendiri, kenapa? karna memang setelah jaman Yesus Kristus atau Isa Almasih sudah tidak ada nabi lagi yang ada hanyalah Rasul, seperti Rasul Paulus, Petrus, dll. Banyak ulama" Islam mengatakan bahwa Alkitab meramalkan kedatangan Muhammad SAW di karenakan dalam alkitab tertulis pada Yohanes 15:26 "Jikalau Penghibur yang akan kuutus dari bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku."

Roh Penghibur, Roh Kebenaran itulah hal yang ulama" pikir bahwa Alkitab meramalkan kedatangan Muhammad, trnyata toh pada knyataannya yang dimaksudkan itu adalah Roh Kudus yang dalam wujud merpati. Kristen tidak pernah memikirkan hal" buruk tentang Islam, krna Kristen menekankan Kasih ketimbang kekerasan, dan jika orang Muslim berpendapat soal kekejaman Yahudi atau Israel kepada Palestina, hal itu sudah terjadi sejak lama, krna kedua negara/bangsa ini tidak akan pernah akur atau berdamai, terkecuali akhir Zaman akan datang, jadi jangan kaget jika kedua bangsa ini antara Israel/Yahudi dengan Palestina/Filistin salin berperang krna ini memang sudah ditakdirkan, jadi pada intinya Kristen menekankan kasih krna Yesus Kristus sendiri adalah kasih itulah sebabnya kami sebagai umat Kristen tidak pernah berburuk sangka pada umat Muslim.

Oh ia 1 lagi belum dijelaskan secara rinci pasti nanti ada yang tanya deh soal kekejaman yahudi, sekarang gini aja sesuai dengan ajarannya:

Kristen: Mengikuti Ajaran Yesus Kristus
Katolik:Yesus Kristus dan Bunda Maria, juga Santo/Santa
Islam: Muhammad SAW
Hindu: Widhi Tattwa Atma Tattwa Karmaphala Tattwa  Punarbhava Tattwa Moksa Tattwa
Budha: Dewi Quan In
Yahudi: Musa

Lihatlah hai orang yang sok tahu yang diikuti Yahudi merupakan ajarn Musa bukan Yesus jadi jangan sekali" kamu mengira Yahudi mengikuti ajaran Yesus, dan umat Nasrani tidak pernah menyembah berhala atau patung karena dalam Alkitab tepatnya perintah/Taurat Tuhan nomor 2 tertulis "
Jangan membuat patung yang menyerupai apa yang dilangit atau dibumi atau dilaut."
 Jadi umat nasrani tidak pernah mereka menyembah berhala yang berupa apapun, jika anda masih mau menyalahkan silahkan anda datan ke gereja, seperti GBI ataupun GKI .

Terima Kasih
Gbu

Jumat, 01 Maret 2013

Pengaruh Perjamuan Kudus Dalam Pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia 2



Pengaruh Perjamuan Kudus Dalam Pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia
BAB I

Latar Belakang Masalah:
Di dalam wikipedia di jelaskan bahwa Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat ilahi. Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang secara harfiah berarti "menjadikan suci". Salah satu contoh penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan untuk sumpah bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah tadi.Sakramen di lakukan baik oleh gereja Katolik maupun gereja Protestan.Sakramen Katolik Gereja-Gereja Katolik, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Assyria, Anglikan, Methodis, dan Lutheran yakin bahwa sakramen-sakramen bukan sekedar simbol-simbol belaka, melainkan "tanda-tanda atau simbol-simbol yang mengeluarkan apa yang dilambangkannya", jadi, sakramen-sakramen, di dalamnya dan dari padanya, yang dilayankan dengan benar, digunakan Allah sebagai sarana untuk mengkomunikasikan rahmat bagi umat beriman yang menerimanya.
Dalam tradisi Kekristenan Barat, sakramen kerap diartikan sebagai tanda yang terlihat, yakni kulit luar yang membungkus isinya, yaitu rahmat rohaniah (walaupun tidak semua sakramen diterima semua Gereja sebagai sakramen). Ketujuh sakramen adalah Pembaptisan, Krisma (atau Penguatan), Ekaristi (Komuni), Imamat (Pentahbisan), Rekonsiliasi (atau Pengakuan Dosa), Pengurapan orang sakit (Minyak Suci), dan Pernikahan. Kebanyakan dari sakramen-sakramen ini digunakan sejak masa apostolik dalam Gereja, tetapi perkawinan, misalnya, baru diakui sebagai suatu sakramen pada abad pertengahan. Beberapa Gereja tidak menganggap beberapa dari sakramen di atas sebagai sakramen. Beberapa Gereja yang lain, misalnya Gereja Anglikan dan Kaum Katolik-Lama (bukan Gereja Katolik), menganggap dua sakramen ketuhanan dalam Injil, yaitu Pembaptisan dan Ekaristi, sebagai
1
"sakramen-sakramen yang diperintahkan, yang mendasar, dan yang utama, yang dianugerahkan bagi keselamatan kita,

" serta menganggap kelima ritus sakramental lainnya sebagai

 "sakramen rendah" yang merupakan turunan dari kedua sakramen utama tadi.
Sudah jelas bahwa Gereja-Gereja, denominasi-denominasi, dan sekte-sekte Kristen tidak sepaham dalam hal jumlah dan pelaksanaan sakramen, namun umumnya sakramen-sakramen diyakini telah dilembagakan oleh Yesus. Pihak yang tidak percaya pada teologi sakramental menyebut ritus-ritus tersebut — atau setidak-tidaknya ritus-ritus yang mereka gunakan — terutama pembaptisan dan Komuni, sebagai "ordinansi." Sakramen-sakramen biasanya dilayankan oleh klerus bagi satu atau lebih penerima, dan umumnya difahami melibatkan unsur-unsur yang terlihat dan yang tak terlihat. Unsur yang tak terlihat (yang bermanifestasi di dalam diri) dianggap terjadi berkat karya Roh Kudus, rahmat Allah bekerja di dalam diri para penerima sakramen, sedangkan unsur yang terlihat (atau yang tampak dari luar) meliputi penggunaan benda-benda seperti air, minyak, roti, serta roti dan anggur yang diberkati atau dikonsekrasi; penumpangan tangan; atau suatu kaul(sumpah) penting tertentu yang ditandai dengan suatu pemberkatan umum (seperti pada pernikahan dan absolusi).
Sedangkan di dalam Gereja Protestan Bagi Gereja Protestan, kata "menjadi perantara" atau "menyalurkan" digunakan hanya dengan pemahaman bahwa sakramen adalah suatu simbol atau peringatan yang terlihat dari rahmat yang tak terlihat. Gereja-Gereja Pentakosta klasik, kaum Injili, Nazarin dan Fundamentalis, menganut suatu bentuk imamat yang unik. Karena alasan ini, kebanyakan dari mereka lebih suka menggunakan istilah “Fungsi Imamat” atau “Ordinansi”. Keyakinan ini menjadikan ordinansi efektif dalam hal ketaatan dan partisipasi orang-orang percaya serta kesaksian pimpinan dan anggota jemaat. Cara pandang ini bersumber dari pengembangan konsep "imamat setiap orang percaya". Kegiatan ordinansi lebih ditekankan peran imamat dari pada peran sakramentalnya sehingga ordinansi lebih dipandang sebagai suatu tindakan pengorbanan yang dipersembahkan oleh orang-orang percaya dari pribadinya masing-masing, dari pada sebagai suatu ritual yang mengandung kuasa sendiri.
2
Perjamuan Kudus merupakan salah satu sakramen yang di percaya baik di dalam Gereja Katolik maupun di dalam Gereja Protestan.Dan pemahaman tentang Perjamuan Kudus ini pun berbeda-beda.Bahkan di kalangan para teolog sendiri pun masalah Perjamuan Kudus menjadi perdebatan.Dan bahkan sampai saat ini masalah Perjamuan Kudus tetap menjadi perdebatan tidak hanya di kalangan para pendeta-pendeta dan para teolog-teolog tetapi juga di kalangan kaum awam,masalah ini menjadi perdebatan.Perdebatan terjadi di karenakan perbedaan doktrin yang di pegang oleh masing-masing orang tentang Perjamuan Kudus.
Perjamuan Kudus merupakan salah satu sakramen yang penting di dalam Gereja-Gereja Katolik dan Protestan di seluruh belahan dunia dan juga tentunya di Indonesia sendiri.Contohnya di dalam salah satu Gereja terbesar di Indonesia yaitu Gereja Tiberias Indonesia.Sakramen tersebut sangat Penting dan bahkan di lakukan di setiap acara ibadah yang dilakukan oleh Gereja Tiberias Indonesia.Pentingnya tentang Perjamuan Kudus ini dapat di lihat dari setiap khotbah yang di bawakan oleh para pendeta-pendeta di Gereja Tiberias khususnya Gembala Sidang Gereja Tiberias Indonesia Pdt.DR.Yesaya Pariadji.
Beliau selalu menekankan tentang pentingnya Perjamuan Kudus dalam kehidupan kita.
Perjamuan Kudus sangat berati di dalam Gereja Tiberias Indonesia,bahkan mempengaruhi pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia.
Penulis menyimpulkan bahwa Perjamuan Kudus merupakan salah satu sakramen yang penting di dalam Gereja,baik itu Gereja Katolik atau pun Gereja Protestan khususnya di dalam Gereja Tiberias Indonesia dan pengaruh dari Perjamuan Kudus di dalam Pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia
Tujuan Penulisan
Penulis berharap agar para pembaca mengetahui pentingnya dan mengetahui tentang arti dan makna dari sakramen Perjamuan Kudus dan bagaimana Perjamuan Kudus dapat mempengaruhi pertumbuhan Gereja,khusunya dalam pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia




3
Perumusan masalah
Penulis merumuskan masalah yang terjadi secara umum dan khusus,dengan hal latar belakang yang sedang terjadi:
3.1. Pengertian Perjamuan Kudus
3.2.Pandangan Theologis tentang Perjamuan Kudus
3.3.Pengertian Gereja
3.4.Hakekat Gereja
3.5.Pertumbuhan Gereja di dunia
3.6.Pertumbuhan Gereja di Indonesia

















BAB II
Tinjaun Teoritis Terhadap Pengaruh Perjamuan Kudus Dalam Pertumbuhan Gereja Tiberias Indonesia

1.Pengertian Perjamuan Kudus
Perjamuan Kudus merupakan Sakramen di dalam Gereja Katolik dan juga di dalam Gereja protestan.
Apakah pengertian dari Sakramen itu?
Menurut Wikipedia [1]Sakramen adalah ritus Agama Kristen yang menjadi perantara (menyalurkan) rahmat ilahi. Kata 'sakramen' berasal dari Bahasa Latin sacramentum yang secara harfiah berarti "menjadikan suci". Salah satu contoh penggunaan kata sacramentum adalah sebagai sebutan untuk sumpah bakti yang diikrarkan para prajurit Romawi; istilah ini kemudian digunakan oleh Gereja dalam pengertian harfiahnya dan bukan dalam pengertian sumpah tadi.Sakramen di lakukan baik oleh gereja Katolik maupun gereja Protestan.
Didalam buku Perjamuan Malam karangan Dr.J.L.Ch.Abineno beliau memberikan beberapa catatan pendek tentang [2]Sakramen menurut ajaran Zakharias Ursinus(dan Katekismus Heidelberg)
Dalam penjelasannya tentang Minggu ke-XXV dari Katekismus Heidelberg – antara lain dikatakan:ada dua alat yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menanamkan dan menguatkan iman dalam hati kita,yaitu:
1.Pemberitaan Firman Allah, yang mengajar kita tentang kehendak Allah yang rahmani dan tentang apa yang harus kita perayai.
2.Pelayanan Sakramen, Oleh pemberitaan Firman Allah,Roh Kudus menanamkan iman di dalam hati kita.Iman ini dipelihara dan dikuatkan oleh pelayanan(dan”penggunaan”) sakramen.
Menurut Ursinus pemberitaan Firman Allah sama seperti sepucuk surat yang terbuka dan sakramen-sakramen sama seperti meterai-meterai yang digantungkan pada surat itu.Surat itu – demikian Ursinus selanjutnya-ialah Firman Allah,yang intinya terdapat dalam pengakuan Iman rasuli.Sakramen-sakramen adalah meterai-meterai iman,yang digantungkan pada Firman Allah.Tetapi mungkin kita bertanya:Apakah yang sebenarnya dimaksudkan dengan sakramen? Kata Latin “sacramentum” dapat berarti:
1.      Suatu jumlah uang yang pada waktu dahulu – pada waktu orang-orang Romawi kafir – diletakkan oleh partai-partai (= pihak-pihak) yang bertaruh, di suatu tempat suci atau pada imam kepala mereka,dengan ketentuan,bahwa siapa yang memenangkan pertaruhan itu,dapat mengambil kembali uang taruhan itu seluruhnya,tetapi siapa yang kalah,harus meninggalkan uan taruhannya di situ untuk perbendaharaan kuil (=”sacrum”). Uan taruhan itu disebut “sacramentum”, semacam “jaminan suci”.
2.      Suatu sumpah suci dari prajurit-prajurit Romawi.Oleh sumpah itu mereka menyatakan kesetiaan mereka (sebagai orang-orang yang disucikan) kepada komandan mereka.Sesuai dengan arti ini separuh ahli mengatakan, bahwa hal-hal (=”upacara-upacara lahiriah”) yang ditetapkan oleh Allah,adalah sakramen-sakramen. Sebab sama seperti prajurit-prajurit Romawi menyatakan kesetiaan mereka kepada komandan mereka oleh sumpah mereka, demikian pula orang-orang percaya (= Jemaat) menyatakan iman mereka kepada Kristus,Pemimpin mereka, oleh sakramen-sakramen sebagai sumpah mereka di hadapan Allah dan manusia.
Pandangan ini tidak disetujui oelh ahli kitab-kitab lain.Menurut mereka penggunaan kata “sakramen” berasal dari terjemahan lama dari Perjanjian Baru dalam bahasa Latin.Di situ kata Yunani “Mysterion” diterjemahkan dengan kata Latin “sacramentum” . Oleh terjemahan ini kata “sakramen” diintrodusir dalam hidup dan pelayanan Jemaat.
Kata “mysterion” berasal dari kata “myeo”, yang berarti: mengajar tentang hal-hal yang rahasia.Dan “myeo” berasal dari kata “myo”,yang berarti:menutup, yaitu menutup mulut (dan bibir).Sebab orang-orang yang diajari tentang hal-hal yang rahasia,dan yang ditahbiskan dalam hal-hal yang rahasia itu,harus menutup mulut mereka dan memelihara apa yang dipercayakan kepada mereka sebagai suatu “mysterion” (= rahasia).
Yang dimaksudkan dengan “mysterion” ialah rahasia,atau hal yang dirahasiakan,yang mempunyai arti yang tidak diketahui orang,kecuali mereka yang memperoleh pengajaran tentang hal itu.Sesuai dengan arti ini Theolog-theolog di Eropa-Barat menggunakan kata “sacramentum” untuk suatu tanda suci (= kudus),yang mempunyai arti yang rahasia,yang hanya diketahui oleh orang-orang percaya yang telah memperoleh pengajaran tentang hal-hal pokok dari Iman Kristen. Menurut theolog-theolog ini Allah menghendaki, supaya dalam Jemaat selalu ada tanda-tanda yang demikian, yang Ia gunakan utuk menyatakan iman dan ketaatannya kepada Allah.
Tetapi dalam praktik sakramen tidak selalu sama di artikan oleh para theolog. Dalam karya mereka sakramen diartikan atas jalan yang berbeda-beda. Ada theolog yang menafsirkannya dalam arti yang sesungguhnya sebagai upacara-upacara lahiriah. Ada juga yang menafsirkannya sebagai isi atau materi dari tanda-tanda yang lahiriah. Dan akhirnya ada juga yang menggabungkan kedua arti itu: sebagai tanda-tanda yang lahiriah dan sekaligus sebagai hal yang ditandai.Demikianlah ari kata sakramen.
Apakah Perjamuan Kudus itu?
Perjamuan Kudus, Perjamuan Suci, Perjamuan Paskah, atau Sakramen Ekaristi adalah salah satu sakramen yang diadakan Kristus menurut Alkitab.[3] Istilah "ekaristi" yang berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, yang berarti berterima kasih atau bergembira, lebih sering digunakan oleh gereja Katolik, Anglikan, Ortodoks Timur, dan Lutheran, sedangkan istilah perjamuan kudus (bahasa Inggris: holy communion) digunakan oleh gereja Protestan. Perjamuan Kudus didasari pada perjamuan makan malam yang lazim di Israel Kuno.[4]
Apakah Makna Perjamuan Kudus?
Pada umumnya orang Kristen percaya bahwa mereka diperintahkan Yesus untuk mengulangi peristiwa perjamuan ini untuk memperingatinya ("... perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" - 1 Kor. 11:24, 25).[5] Namun berbagai aliran Gereja Kristen memberikan pengertian yang berbeda-beda pula terhadap sakramen ini. Gereja Katolik Roma menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat.[6] Gereja-gereja Protestan umumnya lebih menekankan perjamuan sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia.[7]. Lebih dalam ketika perjamuan kudus, Gereja Katholik membagikan tubuh Kristus dalam rupa roti yang disebut KOMUNI. Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada parsitipasi umat dalam peristiwa karya penebusan Tuhan yag dihadirkan pada waktu Doa Syukur Agung yang dibawakan oleh Imam. Komuni atau Hosti Suci yang umat terima akan menghubungkan dan memasukkan umat kedalam karya penebusan Tuhan itu.

Elemen Perjamuan Kudus
Seperti halnya pada perjamuan Yesus yang terakhir sebelum Dia disalibkan, umat Katholik bersama-sama memakan roti dan meminum angggur setiap periode khususnya pada saat Perayaan Misa Kudus.[8] Di kalangan Gereja Katolik Roma, roti yang digunakan dibuat khusus tanpa ragi (hosti), sementara anggur tidak diberikan kepada umat.[9]
Roti yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi harus tidak beragi, masih baru, belum basi, dan seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran apapun dari bahan lain, tetapi tentu saja menggunakan air untuk proses pengolahannya.
Anggur yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi haruslah anggur yang masih alamiah, berasal dari buah anggur murni, tidak masam, dan tidak bercampur dengan bahan lain. Ditekankan secara jelas oleh Gereja Katholik bahwa dengan syarat-syarat tersebut, maka anggur obat atau anggur apa pun yang dijual di toko-toko umum tidak boleh digunakan untuk Perayaan Ekaristi
Guna Dari Sakramen Perjamuan Kudus
Sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita, karena syarat untuk dapat ikut dalam perjamuan kudus ialah bahwa kita harus membersihkan hati dan pikiran kita sedemikian rupa sehingga keikutan kita makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu (1 Korintus 11:28-29)







2.Perjamuan Kudus dalam PL dan PB
[10]Lambang dalam Perjanjian Lama:
A.    Setelah Baraham mengalahkan raja Kedorlaomer dkk, maka Melkisedek,raja Salem dan imam Allah yang maha tinggi membawa kepadanya roti dan anggur, lalu ia memberkati Abraham. Kemudian Abraham memberi kepada Melkisedek 10% dari segenap miliknya. Melkisedek adalah bayangan Tuhan Yesus,Raja damai dan Imam Maha Besar yang kekal,yang memberi tubuh dan darah-Nya bagi semua orang yang percaya dan hidup dalam kemenangan. Semua anak Tuhan yang di berkati Tuhan pun mengembalikan perpuluhan kepada Tuhan.
B.     Allah melepaskan Bangsa Israel dari penjajahan bangsa Mesir melalui perjamuan Paskah. Seekor anak domba berumur satu tahun yang disimpan empat hari lamanya harus disembelih.Darahnya diambil dan di gosok pada ambang dan jenjang pintu. Dagingnya harus dipanggang dan kemudian dimakan dengan roti yang tidak beragi beserta sayur pahit.Itulah paskah Tuhan.Pada malam itu Tuhan membunuh semua ank sulung bangsa Israel dengan Kuasa-Nya yang ajaib (Kel. 12:1-28). Anak domba Paskah itu melambangkan Tuhan Yesus,Anak Domba Allah yaang mati tersalib karena mengangkut dosa seisi dunia (Yoh. 1:29). Darah-Nya harus tertumpah untuk menghapuskan segala dosa kita (Ibr. 9:26-28). Roti yang tidak beragi membayangkan kehidupan Kristus yang suci sempurna yang telah dikorbankan untuk keselamatan semua orang yang percaya.
C.     Di atas gunung Sinai,Allah mengadakan perjanjian-Nya dengan bangsa Israel. Musa,Harun,Nadab,Abihu dan 70 kepala suku bangsa Israel di panggil Tuhan menghadap dia.Hanya Musa sendiri yang boleh menghadap Tuhan utnuk menerima Firman-Nya.Setelah disampaikan Musa,firman Tuhan kepada bangsa Israel, maka mereka akan berjani: “segala Firman Tuhan akan kami lakukan dan kam dengarkan”. Kemudian Musa mengambil darah korban bakarandan memercikkan kepda bangsa Israel serta berkata: “Inilah darah perjanjian yang diadakan Tuhan dengan kamu,berdasarkan Firman ini.” Pada Hari itulah bangsa Israel “melihat Allah” (Kel. 24:1-11; Ibr. 9:18-28).Perjanjian yang pertama dengan bangsa Israel ini membayangkan perjanjian Allah didalam Kristus dengan seluruh dunia ini,oleh sebab itu ada perjamuan Kudus yag pertama Kristus berkata: “Inilah darahKu darah perjanjian,yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampuna dosa(Mat. 26-28)
D.    Untuk memelihara bangsa Israeal 40 tahun di padang pasir Allah memberikan manna yang turun dari langit setipa hari, kecuali hari sabat.Tidak ada makanan lain yang ada hanya Manna saja.(kel.16:1-36). Manna ini yang warnanya putih seperti ketumbardan rasanya seperti kue madu disebutkan juga “gandum fari langit” dan “Roti Malaikat” (Mzm.78:24-25).Manna ini membayangkan Tuhan Yesus,roti Hidup yang datang dari Surga ke dalam dunia ini untuk memberi hidup yang kekal kepada barnag siapa yang percaya kepada-Nya (yoh. 6:25-29). Bagi bangsa Israel juga telah ditetapkan,bahwa untuk mendapatkan pengampunan dosa,mereka harus membawa korban darah diatas mezbah Tuhan(Imamat 17:11). Inilah jalan penebusan dosa yang satu-satunya karena jiwa yang berdosa harus ditebus dengan jiwa makhluk yang ada di dlam darah. Darah semua binatang yang dikorbankan itu pun membayangkan darah Yesus yang tertumpahkan di atas kayu salib untuk menebus dosa seisi dunia (1Yoh. 1:7)
Penggenapan dalam Perjanjian Baru
[11]Apa yang dibayangka dalam PL diwujudkan oleh Kristus dalam PB.Tuhan Yesus berkata: “Aku datang untuk menggenapkan Hukum Turat”. (Mat.5:17)
Dan lagi “harus digenapi semua ada yang tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” (Luk.24:44). Ketika bersaksi dari hal Tuhan Yesus,Yohanes Pembaptis berkata: “Lihatlah Anak Domaba Allah yang menghapus dosa seisi dunia!(Yoh. 1:29). Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,melainkan untuk melaani dan utnuk memberikan nyawa-Nya(darah-Nya) menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mat.20:28). Kalau Ia menyembuhkan segala orang sakit dan mengusir semua roh-roh jahat yang menyebabkan penderitaan manusia,maka itu terjadi supaya genaplah Firman Allah yang telah disampaikan oelh Nabi Yesaya: “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Yes.53:4;Mat.8:17)
Rasul Paulus terangkan bahwa Kristus Yesus mati karena segala dosa kita dan Ia bangkit untuk membenakan kita (Rm.4:25;2 Kor.5:21). Sebab itu Tuhan Yesus berkata: “Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga.Jikalau seorang makan dari ini, ia akan hidup selama-lamanya.... sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya,kamu tidak mempunya hidup didalam dirimu.Barangsiapa makan daging-Ku,Ia tinggal di dalam Aku dan Aku didalam dia”(Yoh.6:51,54,56). Jelas kalau kita percaya dalam korba grafirat Tuhan Yesus di atas salib,maka kita menerima hidup yang kekal,karen kita menjadi satu dengan Dia.Kita akan mendapatkan kelepasan dari kuasa dosa,dunia dan setan. Kita akan masuk dalam Perjanjian Allah yang kekal. Kita akan diberkati Tuhan dengan limpah dalam kehidupan sehari-hari dan hidup dalam damai sejahtera karena Kristus yang telah mati dan bangkit bagi kita adalah sumber kehidupan dan bekat kita selama-lamanya (Kol.3:3-4)










3.Pandangan Perjamuan Kudus Menurut Para Reformator
Menurut ajaran Luther, untuk dapat merayakan Perjamuan Kudus dengan baik – katanya – perlu diperhatikan dua hal,yaitu penyesalan dan percaya.Di samping itu ia – dalam khotnahnya itu – sangat kuat menekankan “kesatuan orang-orang percaya”. Kesatuan ini ia sebut “kesatuan hati” (= unitas cordium). Ia menasihatkan, supaya anggota-anggota Jemaat membuang segala permusuhan dan kebencian yang terdapat diantara mereka: “Kita harus sehati dan sejiwa,kalau kita pergi ke Perjamuan Malam.” Dalam perayaan Perjamuan Kudus ia sebut suatu “persekutuan” (= communio).
Pada tahun 1519 Luther menulis tiga buah semon.Salah satu diantaranya berkata-kata tentang Perjamuan Kudus. Di situ ia mengingatkan, bahwa sakramen adalah suatu tanda. Tanda itu lahiriah, isi atau apa yang ditandai (= res) batiniah dan rohani. Tiap-tiap pengunjung perayaan Perjamuan Kudus sebenarnya harus menerima roti dan anggur. Dalam Gereja Katolik Roma tidak demikian. Di situ sakramen di bagi,dihancurkan:para imam menerima roti dan anggur,tetapi anggota-anggota jemaat (= awam) hanya menerima roti. Hal ini tidak benar! Sebab Perjamuan Kudus – seperti yang telah kita dengar – adalah suatu “communio”.
Untuk menjelaskan apa yang ia maksud dengan “communio” ia memakai suatu kiasan. Ia katakan,bahwa sama seperti suatu kota atau suatu bangsa adalah suatu persekutuan (= suatu tubuh), demikian pula orang-orang percaya adalah anggota-anggota dari Kristus dan dari Gereja, yang adalah suatu kota Allah: suatu kota Allah yang rohani dan kekal. Siapa yang menjadi warga dari Kota Allah, ia juga menjadi anggota dari persekutuan orang-orang percaya, yang merupakan dari tubuh rohani dari Kristus. Mengeluarkan seorag anggota dari Gereja sebagai persekutuan berarti: mengekskomunikasikan,mengucilkan dia.
Demikian pula halnya dengan “Communio”, kata Luther: menerima roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus tidaklah lain dari pada menerima suatu tanda pasti dari persekuuan ini, yaitu persekutuan antara Kristus dan orang-orang percaya. Bukankah kita semua,menurut Rasul Paulus, adalah satu roti dan satu tubuh (1 Kor 10:17)? Bagi Luther “communio”atau persekutuan Perjamuan Kudus sangat penting.Ia mendapat tempat yang sentral dalam theologinya. Dalam “communio” tiap-tiap orang, yang merayakan Perjamuan Kudus, menerima segala pemberian rohani dari Kristus. Sebaliknya juga tiap-tiap orang yang merayakan Perjamuan Kudus, mendapat bagian dalam segala penderitaan hidup dan dalam segala dosa dari orang-orang percaya lainnya.
Kalau kita menerima sakramen ini – kata Luther – Allah seolah-olah berkata kepada kita: Lihat,kamu dicobai oleh rupa-rupa dosa. Terimalah tanda ini, yang Aku gunakan untuk menyatakan janjiKu kepada kamu,yaitu bahwa dosa bukan saja menyiksa dan menyakiti kamu, tetapi menyiksa dan menyakiti juga AnakKu Yesus Kristus dan segala orang percaya.Karena itu hiburkanlah dirimu, sebab dalam perjuangan ini kamu tidak sendiri, tetapi dikelilingi oleh banyak pertolongan dan bantuan!”
Luther percaya bahwa Roti dan Anggur tidak berubah menjadi daging dan darah Kristus, namun secara misterius, orang yang makan Perjamuan Kudus melalui mulutnya,telah menerima daging dan darah Kristus secara sungguh.Inilah suatu rahasia yang tak dapat diterangkan
Zwingli
Zwingli mula-mua bekerja sebagai pastor Gereja Katolik Roma di Glarus. Kemudian – sejak tahun 1516 – ia pindah dan bekerja di Maria Einsiedeln, suatu tempat-ziarah yang banyak dikunjungi orang. Disamping karya-karya Erasmus (seorang humanis Belanda), yang ia pelajarai dengan teliti, ia juga banyak membaca Perjanjian Baru (dalam bahasa Yunani). Oleh kegaitan ini ia mulai menyangsikan kebenaran ajaran Gereja Katolik Roma tentang Perjamuan Malam. Tetapi kesnagsian ini belum berhasil memipinnya sampai ke reformasi. Hal itu baru terjadi Thaun 1519, waktu ia pindah dan bekerja di Zurich. Di situ ia makin sadar, bahwa apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik Roma pada waktu itu tidak benar. Untuk dapat memberitakan Firman secara teratur di situ, ia menghapus  “lectio selecta” (= sistem perikop yang digunakan sampai pada waktu itu) dan menggantikannya dengan “lectio continua”. Sementara itu pengetahuannya tentang reformasi semakin bertambah luas. Hal itu turut disebabkan oleh karangan-karangan Luther yang ia peroleh dan baca. Tetapi dalam perkembangannya ia tidak bergantung pada Luther. Ia berkembang secara mandiri. Penting kita ketahui, bahwa ia – dalam hidup dan pekerjaanya -  terutama dibentuk oleh humanisme,  sedangkan Luther -  lebih banyak bergumul dengan skolastik dari abad-abad pertengahan.
Zwingli tidak merahasiakan pendapat-pendapatnya yang bersifat reformatoris. Malahan sebaliknya: ia mengumumkannya secara terbuka diatas mimbar. Dalam khotbah-khobah dan pengajarannya ia membuat aplikasi-aplikasi yang aktual dan konkrit. Ia menarik konklusi untuk nisbah-nisbah gerejawi, politik dan ekonomis, baik di Zurich, maupun di Swiss dan Eropa. Ia mempunyai suatu “outlook” yang luas. Ia bukan saja mengritik Gereja dan tradisinya, ia juga tidak segan-segan mengkritik pemerintah (= negara)
Pada waktu itu, banyak orang yang tidak setuju terhadap kritik Zwingli, tetapi ia tidak mundur. Ia katakan: “Kalau nabi tidak dapat lagi mengatakan kebenaran dalam Jemaat, maka baiklah orang menggantikannya dengan seorang pemain seruling, sebab kita semua suka mendengarkannya dan tidak seorangpun yang marah”
Pada tahun 1520 ia memutuskan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma dan tidak mau menerima gaji lagi dari Paus. Hubungannya dengan Uskup di Konstanz masih terus berlangsung beberapa lamanya. Tetapi pada tahun 1522 ia – dengna resmi – mengumumkan dari mimbar, bahwa ia sejak hari itu (= 10 Oktober) meletakkan jabatannya sebagai imam Gereja Katolik Roma.
Segera sesudah ia dingakat menjadi pendeta di Zurich oleh Dewan Kota, ia mengusulkan supaya  patung-patung dikeluarkan dari gedung-gedung gereja. Hal itu terjadi dalam suatu “percakapan-agamaniah”, yang diselenggarakan oleh Dewan Kota pada tahun 1523. Semua orang yang hadir pada waktu itu (kira-kira 900 orang) menyetujui usul Zwingli, sekalipun hanya dengan kata-kata: “rupanya benar demikian” atau: “saya tidak berkeberatan terhadap Injil”. Sungguhpun demikian persetujuan atau keputusan itu baru dilaksanakan pada tahun 1524.
Luther tidak senang dengna perbuatan Zwingli itu. Ia sama-sekali tidak menghargai “perusakan patung-patung” di Zurich. Ia menyebutnya “Radikalisme Injili” yang lebih legalitas dari pada kebiasaan Gereja Katolik Roma. Zwingli menolak tuduhan itu dengan mengatakan: “Siapa yang memelihara patung-patung (dalam gedung-gereja) mengalihkan perhatian Jemaat kepada Allah yang hidup. Biasanya manusia menyerahkan diri pada hal-hal yang dapat dicapai oleh perasaannya. Orang percaya mengalami, bahwa Allahnya adalah Allah yang tidak nampak dan yang tidak terdiri dari patung-patung”
Dari ucapankedua reformator ini kita telah dapat melihat pertentangan mereka yang hebat dikemudian hari. Luther mempersalahkan Zwingli, bahwa ia menyangkal elemen yang irasional dalam penyataan Allah dan menolak apa yang tidak dapat dipahami oleh rasionya. Ia – menurut Luther – membuat rasio menjadi norma dan hakikat dari perbuatan Allah.
Perbedaan pendapat antara Luther dan Zwingli ini menajam dalam ajaran mereka tentang Perjamuan Kudus. Luther bertolak dari kehadiran Kristus yang sesungguhnya di dalam roti dan anggur,tetapi bagaimana hal itu terjadi dan mengapa, ia tidak dijelaskan. Baginya hal itu adalah suatu rahasia (= mysterium) Allah. Zwingli sebaliknya hanya dapat menerima kehadiran Kristus di dalam Perjamuan Kudus dalam arti rohani. Dalam roh manusia Kristus hadir oleh percaya.
Perbedaan pendapat ini rupanya juga – seperti yang dikatakan oleh para ahli – mempunyai hubungan dengan tipe mereka yang berbeda. Luther hidup dalam suatu tradisi yang aman dari suatu negara yang bersifat absolut (= mutlak). Untuk rakyat biasa ia tidak mempunyai rasa hormat. Rakyat harus taat kepada atasan mereka dalam Gereja dan dalam negara, dan ia harus mengerjakan apa yang diperintahkan oleh pendeta-pendeta dan pengusa-pengusanya sebgai wakil dari kerajaan rohani dan kerajaan duniawi. Zwingli hidup dalam satu situasi yang lain. Disitu pergaulan hidup berdasar atas suatu kerjasama yang baik degan rakyat, tu berarti, bahwa ia harus dapat mempertanggungjawabkan pandangan-pandangannya di muka umum dalam bahasa yang dapat dipahami oleh rakyat biasa. Ia harus dapat membuktikan, bahwa ajaran Gereja Katolik Roma adalah ajaran yang salah, dan bahwa ajarannya sendiri adalah ajaran yang berdasar atas Alkitab dan yang dapat dimengerti.
Hal itu Zwingli lakukan. Pengikut-pengikutnya mengertinya. Karena itu mereka menola ajaran Gereja Katolik Roma tentang transubstansiasi dan tidak mau mengadakan kompromi dengan Luther dan pengikut-pengikutnya. Zwingli pasti akan kehilangan pengikut-pengikutnya itu, kalau ia berani bertindak secara lain.
Sesudah patung-patung (yang harus dikeluarkan dari gedung-gedung gereja), menyusul sekarang misa Gerej Katolik Roma. Misa ini sebenarnya telah disinggung dalam “percakapan-agamaniah” yang kita sebut diatas. Tetapi pada waktu itu Zwingli sangat hati-hati dalam mengemukakan pendapatnya. Sebab ia tahu, bahwa hal itu sangat peka bagi abnyak anggota Jemaat, yang masih mencurigai Reformasi. Untuk percakapan ini ia menyusun 67 dalil. Dalam dalil 18 ia katakan: “Bahwa Kristus telah satu kali mempersembahkan diriNya (di golgota) dan bahwa korbanNya itu sampai selama-lamanya menebus orang percaya”. Itu berarti, bahwa “misa bukan korban, tetapi hanya suatu peringatan dan jaminan dari keselamatan, yang dikerjakan oleh Kristus untuk kita”
Lebih konkrit ia katakan, bahwa roti dan anggur dalam Perjamuan Kudus (sebagai “perjamuan peringatan”) hanya simbol-simbol saja dari tubuh dan darah Kristus. Dari perkataannya itu nyata, bahwa ia sebenarnya idak mengakui “praesentia realis” (= kehadiran yang sesungguhnya dari Kristus di dalam Perjamuan Kudus)
Perjamuan Kudus menurut ajaran Calvin
Seorang Reformator muda, yang mempnyai cita-cita yang sama seperti Bucer dan yang karen itu sangat mendukungya dalam usahanya itu, ialah Calvin. Waktu ia mulai dengna pekerjaannya, pendirian Luther dan Zwingli sudah kokoh. Karena itu ia tidak dapat berbuat lain daripada berusaha – seperti yang sedang dibuat oleh Bucer – untuk mempertemukan mereka. Posisinya pada waktu itu ia jelaskan seperti berikut: “Waktu saya mulai meninggalkan kegelapan Gereja Katolik Roma dan membaca dalam karangan-karangan Luther, bahwa tidak ada sesuatu yang baik yang ditinggalkan oleh Zwingli dan Oecelampadius. Dalam sakramen Baptisan dan Perjamuan Kudus, saya mengakui bahwa saya menjauhkan diri dari tulisan-tulisan mereka dan lama sekali tidak mau membacanya. Apalagi waktu saya mulai menulis, mereka bertemu di Marburg, sehingga kabut tebal yang telah menyelubungi mereka pada waktu itu, telah mulai berkurang, sekalipun suasana belum seluruhnya terang”.
Secara am Calvin – dalam ajarannya – lebih dekat apda Luther. Sungguhpun demikian ia kemudian terlibat dalam pertukaran-pikiran yang hebat dengan pengikut-pengikut Luther,seperti Whestpal. Sebaliknya ia – dalam ajarannya – tidak dekat dengan Zwingli. Pandangan mereka tentang Perjamuan Kudus sangat berbeda. Sekalipun demikian ia dengan Bullinger, seorang pengikut Zwingli, bisa bertemu dan menghasilkan “Consensus Tigurinus”, salah satu kejadian yang sangat mengaggumkan dalam sejarah Gereja.
Calvin tidak begitu teliti membaca karangan-karangan Zwingli. Hal itu – seperti yang antara lain nyata dalam suratnya yang kita kutip diatas – mungkin disebabkan oleh pengaruh Luther. Pengaruh itu begitu besar, sehingga ia – dalam edisi pertama dalam karyanya “Institutio” – tidak mau mengutip Zwingli secara harafiah. Paling-paling ia hanya menyebut tempat-tempat dalam karya-karya Zwingli, dimana anggapannya ia sanggah atau tolak.
Pada Tahun 1541 – kira-kira sepuluh tahun sesudah “musyawarah-agamaniah” di Marburg – Calvin menulis suatu traktat yang penting tentang Perjamuan Kudus.  
Bagian akhir dari traktatnya Calvin gunakan untuk – secara terinci – menyanggah anggapan-anggapan yang sesat tentang Perjamuan Kudus. Di situ ia pertama-tama menolak ajaran Gereja Katolik Roma tentang  transubstansiasi. Selanjutnya ia menolak anggapan yang mengatakan, bahw missa adalah sautu korban da bahw anggota-anggota Jemaat hanya boleh memakan roti (dan tidak boleh meminum anggur) dalam Perjamuan Kudus.
a.       Gereja Katolik Roma mengajar, bahwa waktu imam, yang melayani Perjamuan Kudus, mengucapkan kata-kata penetapan, substansi roti dan anggur (secara otomatis) berubah menjadi tubuh dan darah Kristus. Ajaran ini tidak dapat kita terima, Menurut kita roti dan anggur sebagai substansi tidak beruba dalam Perjamuan Kudus. Sungguhpun demikian kita percaya, bahwa dalam tanda-tanda yang kelihatan itu dinyatakan kepada kita realitas yang rohani
b.      Gereja ini juga mengajar, bahkan missa adalah sautu korban yang dipersembahkan oleh imam dan bahwa oleh korban itu dosa-dosa kita diampuni. Ajaran ini bukan saja kita tolak sebagai ajaran yang sesat, tetapi juga sebagai ajaran yang memperkosa kekudusan Allah, kalau ia katakan, bahwa dalam missa imam bertindak sebagai perantara yang menerapkan apa yang Kristus kerjakan oleh sengsara dan kematianNya atas mereka, yang membeli atau menghadiri missanya. Menurut kita sengsara dan Kematian Kristus adalah satu-satunya korban yang menghapus dosa-dosa kita dan yang “menghasilkan” kebenaran (= keadilan) abadi untuk kita. Kita mengaku, bahwa “buah” dari sengsara dan kematian Kristus diberitakan kepada kita dalam Perjaman Kudus, bukan karena pekerjaan manusia, tetapi karena janji-janji disitu yag diberikan kepada kita.
c.       Kita percaya, bahwa dalam Perjamuan Malam Kristus memberikan kepada kita apa yang Ia kiaskan didalamnya, dan bahwa kita – karena itu – benar-benar menerima tubuh dan darah Kristus. Sungguhpun kita tidak mencarinya dalam roti dan anggur, tetapi kita “mengangkat” hati dan pikiran kita keatas, bukan saja untuk menerima Kristus, tetapi juga untuk menyembahnya. Karena itu kita menolak dan menghukum kebiasaan-kebiasaan yang sia-sia, seperti memikul dan membawa sakramen keliling dalam upacara yang mewah dan prosesi yang besar-besaran.
d.      Kita tidak setuju, bahwa Gereja Katolik Roma anggota-anggotanya hanya boleh menerima roti dan tidak boleh menerima anggur. Hal ini sebenarnya adalah suatu “perampokan”, yang bertentangan dengan perintah Kristus. Karena itu perampokan ini tidak boleh kita tolerir.
e.       Kita berpendapat,bahwa penggunaan banyak upacara, yang bersal dari agama Yahudi, bukan saja tidak ada gunanya, tetapi juga berbahaya dan tidak cocok untuk agama Kristen, yang hidup dari kesederhanaan yang di ajarkan oleh para rasul. Disamping itu tidak ada lagi suatu kebiasaan yang buruk, yaitu merayakan Perjamuan Kudus dengan mimik dan dengan rupa-rupa gerak-tipuan, seolah-olah Perjamuan Kudus ada suatu magi
Dalam bukunya  Dr.H.L.Senduk mengatakan bahwa ajaran Calvin tentang Perjamuan Kudus ,yaitu: Bahwa roti dan anggur Perjamuan Kudus itu tidak berubah menajdi tubuh dan darah Kristus yang sungguh; Tidak ada persekutuan jasmani dengan Kristus melalui mulut orang yang makan Perjamuan Kudus.
“Perjamuan Kudus adalah lebih dari suatu pesta tentang peringatan dan pengorbanNya”. Roti dan anggur ini memiliki arti rohani bahwa tubuh dan darah Kristus telah dikorbankan untuk keselamatan orang percaya. Bahwa oelh anugerah Tuhan dengan iman, kita dapat bersekutu



4.Hakikat Gereja
Gereja berdiri di mana-mana dengan papan nama di depan bangunannya. Ada bangunan gereja yang besar dengan arsitektur modern. Ada yang terletak di tengah pemukiman dengan bangunan sederhana. Ada juga yang terletak di tengah lokasi niaga dengan bangunan ruko bahkan ada gereja yang tidak memiliki gedung formal, hanya mengadakan ibadah secara rutin di hall hotel, restoran atau rumah makan yang bisa menampung sejumlah orang untuk bersekutu dan beribadah.

Lalu orang-orang mulai menyebut diri sebagai anggota jemaat dari gereja ini atau gereja itu. Seakan-akan gereja menentukan identitas seseorang apakah Kristen atau bukan.

Dengan demikian, muncul beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan hakikat gereja. Apakah gereja berkaitan dengan bangunannya? Apakah gereja berkaitan dengan aktivitasnya? Apakah gereja berkaitan soal orangnya? Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dan mengerti maka kita harus kembali kepada firman Tuhan yang menjadi dasar bagi kita menemukan pengertian secara utuh.

Kata gereja sendiri berasal dari bahasa Portugis “igereja” yang diambil dari kata “ekklesia” yang dalam bahasa Yunani memiliki arti “dipanggil keluar” untuk berhimpun dan mengambil keputusan. Dalam Perjanjian Baru kata “ekklesia” diterjemahkan dengan kata “jemaat” atau “sidang jemaat”. Yang tercatat dalam Kis 5:11, Kis 7:38; Ibrani 2:12; Roma 16:1,5. Dalam Perjanjian Lama bahasa Ibrani kata “gehal eddah” yang artinya dipanggil untuk bertemu bersama-sama di satu tempat yang telah ditunjukkan, tercatat pada Keluaran 12:6, dengan kata “jemaat yang berkumpul”.

Dengan latar belakang peristiwa panggilan Allah melalui Musa kepada umat Israel untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan (beribadah kepada Allah) yang dicatat pada Keluaran 3:12-18. Dari pembahasan kata “gehal eddah” bahasa Ibrani yang terdapat dalam PL, dan kata “ekklesia” bahasa Yunani yang terdapat pada PB, kita dapat mengartikan gereja dalam konteks kita sekarang adalah himpunan orang yang dipilih dan dipanggil keluar dan masuk dalam persekutuan baru dan beribadah kepada Allah serta melakukan perintah-perintah-Nya, menjadi teladan bagi orang-orang di tengah dunia ini.

Dengan demikian, gereja bukan merujuk kepada bangunan atau denominasi, tetapi lebih kepada orang yang dipilih dan dipanggil, dan aktivitas kehidupan yang beribadah dan bersaksi serta berperan menjadi teladan, sesuai dengan tujuan panggilan Tuhan atas diri kita sebagai orang kepercayaan-Nya.

Sebagai himpunan orang-orang yang mengambil keputusan untuk menerima Kristus sebagai juru selamat, maka gereja adalah sidang jemaat. Sebagai himpunan orang-orang yang berasal dari latar belakang dan fungsi tugas yang berbeda untuk bersama-sama melayani Kristus, maka gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus menjadi kepala.

Sebagai himpunan orang-orang yang merupakan karya Roh Kudus dan Roh Kudus tinggal di dalamnya, maka gereja adalah bait Allah. Paulus dalam 1 Korintus 3:16-17 menyadarkan, setiap orang adalah bait Allah. Ketika setiap kita menyadari bahwa hakikat gereja menunjukkan kepada sidang jemaat dan kita masing-masing adalah satu di antara sidang jemaat dan gereja menunjuk kepada tubuh Kristus dan gereja menunjuk kepada bait Allah dan kita adalah bait Allah, maka dalam kehidupan kita menyadari status kita. Aktivitas dan peran yang kita nyatakan dalam kehidupan yang beribadah kepada Tuhan, melayani Tuhan di dalam segala aspek, dan hidup kudus sesuai dengan ketetapan Tuhan, menjadi terang dan garam dunia.
Dalam Kitab Perjanjian Baru kita menemukan beberapa gambaran mengenai gereja yang menunjukkan kesatuan yang tidak terpisahkan antara Yesus Kristus sebagai kepala gereja dan umat-Nya. Oleh sebab itu gereja harus selalu bergantung kepada kehadiran Kristus, kehadiran sebagai suatu aktivitas yang terjadi di tengah umat secara terus menerus, yaitu penyertaan-Nya.
A}. Gereja digambarkan sebagai umat Allah, bait Allah, bangunan Allah dan sebagai kawanan domba Allah (Wahyu 21 : 3; 1 Korintus 3 : 16; 1 Korintus 3 : 9; 1 Petrus 5 : 2).
B}. Gereja sebagai suatu persekutuan yang baru yaitu Tubuh Kristus dan sebagai Tubuh Kristus gereja selalu mau mendengar suara Yesus yang memanggil manusia menjadi murid-murid-Nya (Roma 12 : 4).
C}. Hakikat gereja adalah missioner, dapat dikatakan seluruh aktivitas gereja adalah missioner, pelayanan sakramen, pemberitaan firman, pelayanan dan lain-lain.
Dari keseluruhan gambaran di atas jelas nampak hubungan/persekutuan yang sangat erat antara Yesus sebagai kepala gereja dengan jemaat. Tanpa persekutuan itu hakikat gereja akan hilang dan tidak layak disebut gereja, karena gereja adalah gereja selama memiliki hubungan dengan Yesus Kristus.


5.Pertumbuhan Gereja di Dunia
6.Pertumbuhan Gereja di Indonesia










[1] Sakramen-Wikipedia bahasa Indonesia,ensiklopedia bebas.Alamat:http://id.m.wikipedia.org/wiki/Sakramen
[2] .J.L.Ch.Abineno,Sakramen Perjamuan Malam,1990,hlm.1-4
[3] Adolf Heuken SJ. 2005. Ensiklopedi Gereja jilid V. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Hlm.233-235
[4]  C.J. Den Heyer. 1997. Perjamuan Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.18-19.
[5]  A. Lukasik SCJ. 1990. Memahami Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 86-88
[6] Raniero Cantalamessa. 1994. Ekaristi gaya Pengudusan Kita. Flores: Nusa Indah. Hlm. 20-24.
[7] Rasid Rachman. 2001. Hari Raya Liturgi. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 80-81

[8] A. Lukasik SCJ. 1990. Memahami Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 86-88
[9] A. Lukasik SCJ. 1990. Memahami Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 86-88
[10]H.L.Senduk,2008.Pedoman Pelayan Pendeta 1,Jakarta:Yayasan Bethel.Hlm.39-40
[11] H.L.Senduk,2008.Pedoman Pelayan Pendeta 1,Jakarta:Yayasan Bethel.Hlm.40-41