Kata Pengantar
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberi hikmat dan kebijaksaan dalam menulis Tugas Bahasa Indonesia yang berjudul Identifikasi Masalah Dalam Definisi Gereja sebagai salah satu syarat kelulusan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Berthina Munthe selaku Direktur Sekolah Penginjil
2. Yada selaku guru Bahasa Indonesia yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas ini
3. Joshua Rico Yuansa selaku siswa SMTK yang telah memotivasi membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini,.
Penulis menyadari tugas ini masih memiliki kekurangan, baik isi maupun sistematiknya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga tugas ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Namun proses tersebut masih berlanjut dalam keagamaan institusional dan keagamaan masyarakat dalam merespon berbagai kebijakan negara serta merespon kebebasan politik ketika harus berinteraksi dengan sesame kelompok mayarakat, kelompok budaya, agama, politik, atau ekonomi. Keagamaan tersebut terjadi karena perubahan paradigma. Salah satu fenomena terpenting dari proses reformasi yang kita alami dewasa ini adalah: gejala perubahan paradigm yang member peran sangat dominan. Pertanyaan yang muncul adalah bisakah intitusi gereja memecahkan dirinya demi menyongsong paradigma baru. Pemberdayaan masyarakat warga dengan mengakui bahwa selama rezim orde baru, sebagai bagian dari korporatisme Negara, gereja telah menculik Alkitab dari rakyat. Jawabannya selayaknya dicari dalam akar Teologi yang diant oleh gereja, namun bias pual dicari dalam sikap politik gereja sebagai pilar-pilar institusi dalam masyarakat, warga atau keduanya. Bagaimanapun institusi gereja sangat sangat strategis sebagai pilar pemberdayaan masyarakat warga. Gereja harus mampu mendorong warganya untuk menerima suatu kehadiran malaikat terbuka. Sebab civil society hanya dapat tumbuh dalam masyarakat yang terbuka, yang artinya institusi gereja diciptakan berdasarkan asumsi bahwa tak ada satupun kelompok yang boleh memonopoli keadaan serta berhak menentukan suatu arah perkembangan masyarakat. Dengan demikian segera jelas bagi kita bahwa memang telah terbentuk secara sistematis suatu skema ideologis, atau desain besar dalam benak gereja. Memang benar bangsa Indonesia telah berhasil keluar dari konflik-konflik sebagaimana yang terjadi dinegara-negara lain akibat kekosongan, ideologis. Kita harus bersyukur bahwa di Indonesia semangat para pendiri gereja memiliki weltanschauung yang berfungsi memayungi kemajemukan itu. Namun akibat diberlakunya “sukse” Eka Darma Putra dalam pidatonya tatkala menerima Abraham Kuyper Prize di Prince Town, Amerika Serikat tanggal 1 Desember 1999 yang lalu, ,emegaskan solusi cerdas melalui pancasila telah sekali lagi menyelamatkan bangsa ini dari krisis perpecahanan. Semuanya itu terbukti melalui terpilihnya Abdurahman Wahid (Kelompok Religius) dan megawati Soekarno Putri (Nasionalis). Selaku pemimpin bangsa ini yang jauh lebih dekat dan menarik ialah pendekatan itu yang penulis sebut sebagai ideologis nagi EKa Darma Putra sama sekali tidak menyelesaikan masalahnya. Yang bagi penulis malah telah menyesatkan kita semua. Sebagaimana telah diuraikan dalam penulisan ini gereja merupakan suatu bagian yang amat penting dalam Civil Society. Gereja yang merupakan panutan bagi umat Kristiani di Indonesia merupakan bagian penting dalam penegakkan, demokrasi dan mencapai Indonesia Baru, seperti apa yang dicita-citakan.
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberi hikmat dan kebijaksaan dalam menulis Tugas Bahasa Indonesia yang berjudul Identifikasi Masalah Dalam Definisi Gereja sebagai salah satu syarat kelulusan.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Berthina Munthe selaku Direktur Sekolah Penginjil
2. Yada selaku guru Bahasa Indonesia yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas ini
3. Joshua Rico Yuansa selaku siswa SMTK yang telah memotivasi membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini,.
Penulis menyadari tugas ini masih memiliki kekurangan, baik isi maupun sistematiknya. Akhirnya, penulis mengharapkan semoga tugas ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Namun proses tersebut masih berlanjut dalam keagamaan institusional dan keagamaan masyarakat dalam merespon berbagai kebijakan negara serta merespon kebebasan politik ketika harus berinteraksi dengan sesame kelompok mayarakat, kelompok budaya, agama, politik, atau ekonomi. Keagamaan tersebut terjadi karena perubahan paradigma. Salah satu fenomena terpenting dari proses reformasi yang kita alami dewasa ini adalah: gejala perubahan paradigm yang member peran sangat dominan. Pertanyaan yang muncul adalah bisakah intitusi gereja memecahkan dirinya demi menyongsong paradigma baru. Pemberdayaan masyarakat warga dengan mengakui bahwa selama rezim orde baru, sebagai bagian dari korporatisme Negara, gereja telah menculik Alkitab dari rakyat. Jawabannya selayaknya dicari dalam akar Teologi yang diant oleh gereja, namun bias pual dicari dalam sikap politik gereja sebagai pilar-pilar institusi dalam masyarakat, warga atau keduanya. Bagaimanapun institusi gereja sangat sangat strategis sebagai pilar pemberdayaan masyarakat warga. Gereja harus mampu mendorong warganya untuk menerima suatu kehadiran malaikat terbuka. Sebab civil society hanya dapat tumbuh dalam masyarakat yang terbuka, yang artinya institusi gereja diciptakan berdasarkan asumsi bahwa tak ada satupun kelompok yang boleh memonopoli keadaan serta berhak menentukan suatu arah perkembangan masyarakat. Dengan demikian segera jelas bagi kita bahwa memang telah terbentuk secara sistematis suatu skema ideologis, atau desain besar dalam benak gereja. Memang benar bangsa Indonesia telah berhasil keluar dari konflik-konflik sebagaimana yang terjadi dinegara-negara lain akibat kekosongan, ideologis. Kita harus bersyukur bahwa di Indonesia semangat para pendiri gereja memiliki weltanschauung yang berfungsi memayungi kemajemukan itu. Namun akibat diberlakunya “sukse” Eka Darma Putra dalam pidatonya tatkala menerima Abraham Kuyper Prize di Prince Town, Amerika Serikat tanggal 1 Desember 1999 yang lalu, ,emegaskan solusi cerdas melalui pancasila telah sekali lagi menyelamatkan bangsa ini dari krisis perpecahanan. Semuanya itu terbukti melalui terpilihnya Abdurahman Wahid (Kelompok Religius) dan megawati Soekarno Putri (Nasionalis). Selaku pemimpin bangsa ini yang jauh lebih dekat dan menarik ialah pendekatan itu yang penulis sebut sebagai ideologis nagi EKa Darma Putra sama sekali tidak menyelesaikan masalahnya. Yang bagi penulis malah telah menyesatkan kita semua. Sebagaimana telah diuraikan dalam penulisan ini gereja merupakan suatu bagian yang amat penting dalam Civil Society. Gereja yang merupakan panutan bagi umat Kristiani di Indonesia merupakan bagian penting dalam penegakkan, demokrasi dan mencapai Indonesia Baru, seperti apa yang dicita-citakan.
III. Gereja Lokal
Gereja lokal digambarkan dalam Galatia 1:1-2. Diayat
ini kita dapat melihat bahwa diprovinsi Galatia ada banyak gereja apa yang kita
sebut sebagai gereja lokal. Gereja baptis, gereja Lutheran, gereja katolik dan
lain-lain bukannya gereja sebagaimana gereja universal, namun adalah gereja
lokal. Gereja universal terdiri dari mereka yang telah percaya kepada Yesus
penuh keselamatan mereka. Anggota-anggota gereja universal sepatutnya mencari
persekutuan dalam gereja lokal secara ringkas gereja bukanlah bangunan atau
denominasi melainkan gereja adalah tubuh Kristus.
B. Peran penata layanan dalam gereja
1. Gembala
Peran gembala dalam suatu gereja sangatlah penting. Karena
gembala adalah orang yang mengatur segala infrastruktur.seorang gembala harus
juga memiliki suatu hubungan yang sangat erat dengan Tuhan. Karena seorang
gembala jika ia tidak berhubungan intim dengan Tuhan maka ia akan kesulitan
untuk menggembalakan domba-domba atau jemaat atau umat-umat Allah gemabala juga
menolong jemaat dalam melihat, mengerti dan meneladani Firman Tuhan. Bagaimana
jemaat mengerti, melakukan, serta bersaksi akan Firman Tuhan. Pastinya apapun
yang dilakukan jemaat tentang menjalankan segala perintah-perintah yang ada di
Alkitab pasti mereka mengikuti ajaran atau doktrin yang diajarkan gembalanya. Seorang
gembala juga harus memberikan landasan-landasan iman yang kuat kepada
jemaat-jemaatnya, agar jemaat-jemaatnya dapat melawan ketika mendapat
pengajaran sesat. Seorang gembala juga harus menuntun jemaat-jemaatnya untuk
menjadi dewasa dalam kerohanian, karena kedewasaan dalam hal rohani dalam
jemaat-jemaat sangat penting ketika dilapangan. Seorang gembala juga harus
menjadi pribadi yang mengajak jemaat-jemaatnya menyelamatkan jiwa, seperti apa yang
diperintahkan Yesus dalam Mat 28:19-20. Yang mana gembala merupakan pelayan
Tuhan yang telah meneyerahakan seluruh hidupnya untuk melayani. Juga hati yang
rindu untuk melayani jiwa-jiwa yang belum menerima keselamatan dan merubah
orang itu dalam Roh Kudus, Paulus menjelaskan bahwa keselamatan itu bukan untuk
satu orang saja melainkan untuk semua orang yang telah menerima Kristus, jika
Yesus dapat menyelamatkan Saulus dari Tarsus orang yang paling berdosa otomatis
Yesus dapat menyelamatkan siapa saja yang percaya kepada Dia dalam perjanjian
PB Yesus yang menampilkan diri-Nya sebagai gembala yang baik, yang dinubuatkan
Yehezkiel (Yoh 10) dan gembala yang mencari dombanya yang hilang (Luk 15)
sebaliknya gereja adalah tubuh Kristus dan Dia berkenan untuk diam ditengah-tengah
kita. Sama halnya dengan Roh Kudus yang berkenan untuk diam hati seorang
Krsiten meski dia masih berdosa dalam kata lain gereja adalah sebuah organisasi
manusia yang bias berbuat salah, oleh sebab itu tugas gembala dalam gereja
harus mengikutio ajaran Kristus yang benar supaya gembala dapat melaksanakan
tugas gereja sesuai karakter yang dimiliki Kristus.
IV. Majelis
Majelis
gereja memiliki kekhususan dalam tugas dan fungsi yaitu melengkapi setiap
pekerjaan dalam gereja. Para majelis juga tak terlepas dari sumber misi gereja
tidak lain adalah misio dei yaitu penyelamatan ciptaan-Nya (Kej 9:1-17). Allah mengutus
Ank-Nya menjalankan misio dei menjadi misio Kristi. Lagi pula Allah melibatkan
manusia dalam misi-Nya, dengan memanggil umat melalui Abraham (Kej 12). Umat Allah
harus menjadi berkat bagi semua kaum dalam rangka memelihara
kehidupan.contohnya kita melihat pada kehidupan Yusuf.tapi sekarang janganlah
berususah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual kamu kesini. Sebab
untuk memelihara kehidupan Allah menyuruh aku mendahului kamu (Kej 45:5). Hal yang
sama Yusuf kepada saudara-saudaranya yang berada dalam ketakutan. Dalam menata
kehidupan bersama umat Kristen harus bermitra dengan semua orang, bahakan
dengan semua mahluk. Ouikumene berarti bekerja bersama membangun kehidupan
diatas planet ini. Maka tugas majelis adalah memberikan kontribusinya sesuai
dengan iman dan pengharapan kepada Allah, memperkaya dan menoptimalkan
ibadahnya dengan terus menerus menjaga dan memelihara kehidupan Tuhan. Optimalisasi
ibadah itu dinyatakan dalam bentuk disiplin, penghematan, dan pengenalan diri.
V. Jemaat
Kerinduan kita terhadap penyempurnaan gereja berarti
kita menchari pertumbuhan dan perkembangan jemaat kita.dalam banyak cara yang
berbeda. Hindu dan islam, yang memerlukan sinar berita gembiran tentang Yesus Kristus. Kelihatannya ini sama dengan berupaya mendirikan jemaat-jemaat baru dalam suatu kebun yang sudah tidak ada. Kadang-kadang ini bisa merupakan hasil pertikaian . dan kelihatannya tidak akan pernah merupakan suatu pilihannya yang memungkinkan bahwa kelompok-kelompok yang mendukung Petrus, Paulus dan Apolos harus pecah demi membentuk jemaat baru. Juga ada kota-kota besar dimana lahan empuk bisa terobosi dan jemaat-jemaat baru bisa didirikan tanpa harus menarik orang-orang dari bermacam-macam jemaat yang usdah ada. Jika kita keinginan kita ada maka kemul;iaan Allah dan perluasan kerajaanNya dikerjakan. Kita tidak boleh ambil sifat pendengki terhadap pertumbuan segar dan tak terjangkau. adalah suatu bahaya besar dalam memulai suatu jemaat baru , gereja-gereja yang sudah ada jadi lemah oleh beberapa, pertumbuhan transfer yang parasit.
I.
Pendahuluan
II.
Identifikasi masalah dalam definisi
gereja
a. Gereja
sebagai Tubuh Kristus
b. Tempat
orang-orang percaya berkumpul
c. Perpecahan
Tubuh Kristus
d. Sejarah
Gereja
e. Jemaat
pertama
III.
Pembahasan masalah
a. Masalah-masalah
yang ada dalam Gereja, harus diperbaiki oleh gembala
b. Harus
kerja sama antara gembala dan anggota jemaat
IV.
Tujuan Penulisan
a. Agar
kita selaku generasi penerus dalam organisasi gereja dimanapun kita berada maka
kita harus melakukan yang terbaik, dalam beregerejani, supaya nama Tuhan Yesus
dipermuliakan dimuka bumi.
V.
Manfaatnya
a. Kita
harus mengetahui aturan-aturan gereja yang telah ada sejak gereja didirikan
VI.
Penutupan
a. Daftar
Pustaka
Griffiths Michael, 1991, Gereja dan Panggilannya Dewasa Ini, Jakarta, PT
BPK Gunung Mulia
Sairin Weinata, 2002, Visi Gereja Memasuki Milenium Baru, Jakarta,
PT BPK Gunung Mulia
Sularso Supater, 1998, Peran serta Gereja Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta, Pustaka
Seminar Harapan.