Rabu, 27 Februari 2013

KARTUL 2


Salah satu hal yang dengan tegas ditolak oleh Luther dalam pekerjaan pembaharuannya pada gereja Katolik adalah ajaran gereja tentang Perjamuan Malam yang mengatakan bahwa waktu imam yang melayani Perjamuan Malam mengucapkan kata-kata penetapan "Inilah tubuhku... Inilah darahku" , maka substansi roti dan anggur secara otomatis berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.[7] Peristiwa perubahan ini disebut transsubstansiasi.[7] Bagi Luther, yang penting adalah Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi.[8] Jadi, bukan ajaran transsubstansiasi yang harus dipercaya, melainkan bahwa Kristus benar-benar hadir dalam ekaristi.
·  ^ a b J.L.Ch. Abineno. 1990. Perjamuan Malam. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.20-22.
·  ^ a b (Indonesia)Alister E. McGrath. 1997. Sejarah Pemikiran Reformasi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.217.
Ajaran Luther tentang Perjamuan Kudus dia sebut Kon-substansiasi (kon = sama-sama-substansi= hakekat/zat): roti dan anggur itu tidak berubah menjadi tubuh dan darah Kristus (trans-substansiasi). Tetapi tubuh dan darah Kristus mendiami roti dan anggur itu sehingga ada 2 zat atau substansi yang sama-sama terkandung dalam roti dan anggur itu. Gereja Lutheran memahami bahwa di dalam Perjamuan Kudus Kristus sungguh-sungguh hadir tanpa merubah substansi roti dan anggur namun Dia hadir ketika Perjamuan Kudus dilakukan. Makna kehadiran Kristus diterima, ketika yang menerima Perjamuan Kudus percaya tentang firman Tuhan yang diberitakan melalui Perjamuan Kudus dan percaya kepada penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus.

Sedangkan Ajaran Calvinis, Calvin menolak bahwa tubuh Kristus turun dari Sorga untuk memasuki roti dan anggur Perjamuan Kudus, apalagi untuk hadir dimana saja Perjamuan Kudus. Menurut Calvin, tubuh Kristus setelah naik ke Sorga, hadir di sebelah kanan Allah Bapa, sebagai jaminan kebangkitan tubuh manusia pada akhir zaman. Jadi untuk dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus, manusia harus diangkat ke Sorga*. Namun manusia bukan berarti diangkat secara jasmaniah tetapi secara rohaniah karena hatinya diarahkan ke atas (sursum corda). Dengan kata lain ia menolak kehadiran jasmani dalam Perjamuan Kudus. Kristus sungguh-sungguh hadir pada waktu Perjamuan Kudus dirayakan, dengan cara yang cocok bagi Tuhan yang telah dimuliakan yaitu dalam Roh Kudus yang tidak terikat pada roti dan anggur. Dengan demikian Calvin menolak ajaran Gereja Roma Katolik tentang trans-substansiasi dan menolak ajaran Lutheran yaitu mengenai kon-substansias.









Perjamuan Kudus, Perjamuan Suci, Perjamuan Paskah, atau Sakramen Ekaristi adalah salah satu sakramen yang diadakan Kristus menurut Alkitab.[1] Istilah "ekaristi" yang berasal dari bahasa Yunani ευχαριστω, yang berarti berterima kasih atau bergembira, lebih sering digunakan oleh gereja Katolik, Anglikan, Ortodoks Timur, dan Lutheran, sedangkan istilah perjamuan kudus (bahasa Inggris: holy communion) digunakan oleh gereja Protestan.[1] Perjamuan Kudus didasari pada perjamuan makan malam yang lazim di Israel Kuno.[2]
Makna Perjamuan Kudus
Pada umumnya orang Kristen percaya bahwa mereka diperintahkan Yesus untuk mengulangi peristiwa perjamuan ini untuk memperingatinya ("... perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" - 1 Kor. 11:24, 25).[3] Namun berbagai aliran Gereja Kristen memberikan pengertian yang berbeda-beda pula terhadap sakramen ini.[4] Gereja Katolik Roma menekankan arti perjamuan kudus sebagai sarana keselamatan bagi umat.[4] Gereja-gereja Protestan umumnya lebih menekankan perjamuan sebagai peringatan akan kematian dan pengorbanan Yesus bagi umat manusia.[5]. Lebih dalam ketika perjamuan kudus, Gereja Katholik membagikan tubuh Kristus dalam rupa roti yang disebut KOMUNI. Makna penerimaan komuni adalah merujuk kepada parsitipasi umat dalam peristiwa karya penebusan Tuhan yag dihadirkan pada waktu Doa Syukur Agung yang dibawakan oleh Imam. Komuni atau Hosti Suci yang umat terima akan menghubungkan dan memasukkan umat kedalam karya penebusan Tuhan itu.
Seperti halnya pada perjamuan Yesus yang terakhir sebelum Dia disalibkan, umat Katholik bersama-sama memakan roti dan meminum angggur setiap periode khususnya pada saat Perayaan Misa Kudus.[3] Di kalangan Gereja Katolik Roma, roti yang digunakan dibuat khusus tanpa ragi (hosti), sementara anggur tidak diberikan kepada umat.[3].
Roti yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi harus tidak beragi, masih baru, belum basi, dan seluruhnya terbuat dari gandum tanpa campuran apapun dari bahan lain, tetapi tentu saja menggunakan air untuk proses pengolahannya.
Anggur yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi haruslah anggur yang masih alamiah, berasal dari buah anggur murni, tidak masam, dan tidak bercampur dengan bahan lain. Ditekankan secara jelas oleh Gereja Katholik bahwa dengan syarat-syarat tersebut, maka anggur obat atau anggur apa pun yang dijual di toko-toko umum tidak boleh digunakan untuk Perayaan Ekaristi

Guna dari sakramen Perjamuan Kudus

Sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita, karena syarat untuk dapat ikut dalam perjamuan kudus ialah bahwa kita harus membersihkan hati dan pikiran kita sedemikian rupa sehingga keikutan kita makan roti dan minum anggur dari cawan Perjamuan Kudus itu adalah dalam keadaan rohani yang layak dan iman yang tidak ragu-ragu (1 Korintus 11:28-29).[6]
1.      ^ a b Adolf Heuken SJ. 2005. Ensiklopedi Gereja jilid V. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka. Hlm.233-235.
2.      ^ (Indonesia) C.J. Den Heyer. 1997. Perjamuan Tuhan. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.18-19.
3.      ^ a b c A. Lukasik SCJ. 1990. Memahami Perayaan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. Hlm. 86-88.
4.      ^ a b Raniero Cantalamessa. 1994. Ekaristi gaya Pengudusan Kita. Flores: Nusa Indah. Hlm. 20-24.
5.      ^ Rasid Rachman. 2001. Hari Raya Liturgi. Hari Raya Liturgi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 80-81.
6.      ^ (Inggris) Donald Brdige & David Phypers. 1981. The Meal that Unites? USA: Harold Shaw Publisher. Hlm.27.
PERJAMUAN KUDUS
1)   Ini juga diperintahkan oleh Tuhan (Mat 26:26-28  1Kor 11:23-26).
 
Sama seperti baptisan, sekalipun Perjamuan Kudus tidak bisa mengampuni dosa ataupun menyelamatkan kita, tetapi karena ini diperintahkan oleh Tuhan, harus kita taati.
 
Berbeda dengan baptisan yang dilakukan hanya 1 x, maka Perjamuan Kudus harus dilakukan berulang-ulang (1Kor 11:25b - setiap kali kamu meminumnya’).
 
Dalam memerintahkan Perjamuan Kudus, Tuhan tidak menentukan berapa sering kita harus melakukan Perjamuan Kudus. Jadi itu tergantung kebijaksanaan gereja.
 
2)   Simbol yang kelihatan dalam Perjamuan Kudus.
 
Simbol-simbol yang kelihatan dalam Perjamuan Kudus ialah:
 
a)   Roti dan anggur yang menggambarkan tubuh dan darah Kristus.
 
b)   Pemecahan roti dan penuangan anggur, yang menggambarkan penghancuran tubuh Kristus dan pencurahan darah Kristus.
 
3)   Arti Perjamuan Kudus.
 
Ada 4 pandangan tentang arti Perjamuan Kudus:
 
a)   Pandangan Gereja Roma Katolik.
 
·        Pada waktu pastor / imam berkata: ‘HOC EST CORPUS MEUM’ (= ‘This is My body’ / ‘Inilah tubuhKu’), maka roti betul-betul berubah menjadi tubuh Kristus, dan anggur betul-betul berubah menjadi darah Kristus.
 
·        doktrin ini disebut TRANSUBSTANTIATION (= a change of substance / perubahan zat).
 
·        Thomas Aquinas (1225-1274):
“The substance of bread and wine are changed into the body and blood of Christ during communion while the accidents (appear­ence, taste, smell) remain the same” [= Zat dari roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus pada saat komuni, sementara accidentsnya (penampilannya / kelihatannya, rasanya, baunya) tetap sama].
 
·        Dengan demikian Perjamuan Kudus dalam Roma Katolik dianggap sebagai pengulangan pengorbanan Kristus.
 
Keberatan terhadap pandangan ini:
 
¨      tubuh Kristus bukan Allah, sehingga tidak maha ada. Sekarang tubuh Kristus ada di surga, dan karenanya Yesus tidak bisa hadir secara jasmani dalam Perjamuan Kudus!
 
¨      Kitab Suci menyatakan bahwa Yesus dikorbankan hanya satu kali saja (Ibr 9:28 - “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”).
 
b)   Martin Luther / Gereja Lutheran.
 
·        Roti dan anggur tetap tidak berubah tetapi Kristus hadir secara jasmani baik di dalam, dengan / bersama, di bawah (in, with and under) roti dan anggur.
 
·        Doktrin ini disebut CONSUBSTANTIATION.
 
Keberatan terhadap pandangan ini:
 
Sama seperti terhadap pandangan Roma Katolik, pandangan Luther / Lutheran tetap menunjukkan bahwa tubuh Kristus harus maha ada (karena tubuh Kristus itu harus hadir di setiap tempat yang mengadakan Perjamuan Kudus, dan sekaligus juga di surga). Ini tidak benar. Tubuh Kristus bukan Allah sehingga tidak maha ada.
 
c)   Zwingli / Gereja Baptis.
 
Perjamuan Kudus hanyalah peringatan pengorbanan Kristus.
 
d)   Pandangan Calvin / Reformed.
 
·        Kristus bukan hadir secara jasmani, tetapi secara rohani. Jadi Perjamuan Kudus adalah suatu persekutuan dengan Kristus (1Kor 10:16 - “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus?”).
 
·        Perjamuan Kudus bukan sekedar merupakan peringatan. Kalau memang sekedar peringatan, mengapa ada ayat-ayat seperti 1Kor 11:26-30?
 
·        Roti menguatkan kita dan anggur memberikan sukacita. Bahwa dalam Perjamuan Kudus digunakan roti dan anggur menunjukkan bahwa Perjamuan Kudus bisa menguatkan iman kita dan memberikan sukacita. Tetapi tentu saja syarat dalam 1Kor 11:27-32 harus ditaati.
 
·        Perjamuan Kudus juga menggambarkan persekutuan orang percaya, karena makan dan minum dari roti dan anggur yang satu / sama (bdk. 1Kor 10:17 - “Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu”).
 
Catatan: sebetulnya kata ‘satu’ dalam 1Kor 10:17 ini tidak cocok dengan penggunaan hosti dalam Perjamuan Kudus, karena dalam penggunaan hosti ‘satu roti’ itu tidak terlihat.
 
Charles Hodge: “The custom, therefore, of using a wafer placed unbroken in the mouth of the communicant, leaves out an important significant element in this sacrament” (= Karena itu, kebiasaan / tradisi menggunakan hosti, yang diletakkan secara utuh di dalam mulut dari peserta Perjamuan Kudus, menghapuskan suatu elemen berarti yang penting dalam sakramen ini).
 
4)   Siapa yang boleh mengikuti Perjamuan Kudus?
 
1Kor 11:27-32 jelas menunjukkan bahwa tidak sembarang orang boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Orang yang boleh ikut hanyalah orang yang memenuhi semua syarat di bawah ini.
 
a)   Sudah sungguh-sungguh percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan.
 
b)   Sudah dibaptis.
 
Dalam Perjanjian Lama, orang yang belum disunat tidak boleh mengikuti Perjamuan Paskah (Kel 12:44,48). Karena itu dalam Perjanjian Baru orang yang belum dibaptis juga tidak boleh mengikuti Perjamuan Kudus. Ini sebetulnya logis, karena orang yang belum mengikuti sakramen pertama tentu tidak boleh mengikuti sakramen yang kedua.
 
c)   Tidak hidup dalam dosa / memegangi dosa dengan sikap tegar tengkuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar