Kamis, 28 Februari 2013

PENETAPAN SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS (Bagian II)


PENETAPAN SAKRAMEN  (Bagian II)

 [by samson h]
PROSES PERGANTIAN SAKRAMEN PASKAH MENJADI PERJAMUAN KUDUS
Setelah melihat sejarah dan latarbelakang sakramen Perjamuan Kudus, sekarang kita perlu memperhatikan proses perubahan dan pergantian sakramen Paskah menjadi . Untuk itu mari kita melihat Lukas 22:14-23; Matius 26:20-29; Markus 14:17-25; dan Yohanes 13:21-30 yang mencatat tentang proses pergantian ini. Proses perubahan ini dicatat di semua kitab Injil, namun amun yang menjadi pokok perhatian kita adalah Lukas 22:14-23.
Perikop ini mencatat proses perayaan paskah yang dilaksanakan Yesus bersama murid-muridNya. Perhatikan ayat-ayat ini, “Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita” (Lukas 22:14-15).
Perhatikan frase “makan Paskah ini” yang disampaikan Yesus. Itu berarti bahwa Yesus dan murid-muridNya sedang merayakan Paskah sesuai dengan ketetapan Allah yang harus dilakukan setiap orang Israel pada setiap tanggal 14 Nisan (kalender Israel). Jika kita memperhatikan aya-ayat selanjutnya hingga Lukas 22:18 semuanya itu merupakan hal-hal yang dilakukan pada saat perayaan Paskah. Tidak ada yang berbeda bagi murid-murid Yesus ketika mereka melakukan perayaan Paskah ini, semua sesuai dengan kebiasaan masa itu. Namun ketika mereka masih dalam suasana menikmati makan paskah tersebut, tiba-tiba Yesus melakukan sesuatu yang berbeda. Apa yang Yesus lakukan? “Lalu Ia (Yesus) mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: Inilah tubuh-Ku yang dierahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” (Lukas 22:19-20).
Memberikan roti kepada murid-muridNya bukanlah sesuatu yang asing karena Yesus juga melakukan hal yang sama pada saat memulai makan paskah tersebut. Tetapi ketika Yesus memecah-mecahkan roti itu dan kemudian memberikan kepada murid-muridNya, dan perkataan yang Yesus sampaikan selanjutnya membuat semuanya berbeda. “Inilah tubuh-Ku yagn diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Kalimat inilah yang tidak pernah didengar murid-murid Yesus ketika merayakan Paskah. Lebih jelas lagi, ketika Yesus kemudian mengambil cawan sesudah makan roti, Yesus berkata, “cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu” memberikan suatu petunjuk bahwa Allah memberikan Perjanjian (ketetapan) Baru yang menggantikan ketetapan lama (Kel 12:24).
Proses pergantian itu terjadi pada saat yang sama dimana masih sedang meyarakan Paskah Perjanjian Lama. Yesus mengambil roti sebagai lambang tubuh-Nya yang mati bagi manusia berdosa dan mengambil cawan melambangkan darahNya yang tercurah untuk menebus dosa manusia. Yesus tahu bahwa saatnya sudah tiba untuk menggenapi Kitab Suci. Sebagai Anak Domba Paskah, Ia harus mati pada hari persiapan hari raya Paskah itu (Yoh 19:31) seperti Anak Domba Paskah Perjanjian Lama yang disembelih pada setiap tanggal 14 Nisan. Yesus sudah sangat siap untuk menggenapi semua yang diperintahkan Allah kepadaNya.
Setelah perayaan paskah dan perjamuan kudus usai, Yesus bersama murid-murid-Nya berjalan menuju taman Getsemani untuk berdoa. Setelah itu ia ditangkap dan diadili, dan sore harinya Ia mati di kayu salib sebagai Anak Domba Paskah. Sejak kematian Yesus, murid-muridNya tidak lagi merayakan Paskah seperti yang dilakukan sebelum kematian Yesus. Apa yang merupakan kebiasaan sebelumnya telah dimengerti sebagai sesuatu yang sudah digenapi.
PERJAMUAN KUDUS DI PERJANJIAN BARU
Setelah kematian Tuhan Yesus, kitab Perjanjian Baru tidak pernah mencatat bahwa pengikut Kristus masih tetap merayakan Paskah. Namun kebiasaan yang menjadi kebiasaan gereja mula-mula hingga sekarang ini adalah melaksanakan ketetapan baru yang diperintahkan Yesus yaitu Perjamuan Kudus. Itulah sebabnya dalam kitab Kisah Para Rasul dicatat bahwa gereja mula-mula selalu melakukan Perjamuan Kudus ketika mereka berkumpul beribadah.
Mari kita perhatikan ayat-ayat yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-47, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. . . Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Apa yang dicatat di sini menunjukkan suatu kebiasaan baru bagi gereja ketika berkumpul dalam sebuah ibadah. Kebersamaan dan kesehatian memuji Tuhan dan melakukan Perjamuan Kudus menjadi bagian dari setiap ibadah.
Ketika gereja mula-mula melakukan Perjamuan Kudus, apa sebenarnya yang mereka rayakan? Apakah hal itu masih ada hubungannya dengan Paskah Perjanjian Lama? Di Indonesia, ada suatu kekeliruan istilah sehubungan dengan hari kebangkitan Yesus. Entah bagaimana asal mulanya, perayaan kebangkitan Yesus Kristus sering disebutkan sebagai perayaan paskah, padahal kebangkitan Yesus tidak ada hubungannya dengan Paskah umat Israel. Istilah “paskah” yang dikaitkan dengan kebangkitan Yesus Kristus memiliki dampak  karena ada suatu kesan bahwa paskah kebangkitan Yesus sama dengan paskah Perjanjian Lama, padahal sesungguhnya tidak demikian. Jika memang dirasa perlu untuk menghubungkan Yesus Kristus dengan paskah, seharusnya hal itu berhubungan dengan kematian Yesus sebagai Anak Domba Paskah (1 Kor 5:7) dan bukan kebangkitanNya. Dalam Perjanjian Baru, kebangkitan Yesus Kristus tidak pernah disebut sebagai paskah meskipun hari kebangkitan Yesus itu masih merupakan bagian dari hari perayaan paskahIsrael.
Apakah Perjamuan Kudus yang ditetapkan Yesus Kristus masih ada hubungannya dengan perayaan Paskah Israel? Seperti yang sudah kita lihat, penetapan Perjamuan Kudus itu dilakukan pada saat Yesus dan murid-muridNya sedang merayakan Paskah Perjanjian Lama. Namun ketika dicermati apa yang Yesus sampaikan (Lukas 22:19-20), sangat jelas bahwa penetapan sakramen Perjamuan Kudus tidak ada kaitannya dengan Paskah Israel. Perjamuan kudus merupakan peringatan akan kematian Yesus Kristus, dan apa yang Ia perbuat di kayu salib untuk menebus dosa manusia dan mengingatkan umat percaya akan kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini.
Paulus memberikan penjelasan arti Perjamuan Kudus ini ketika menuliskan suratnya kepada jemaat Korintus, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Apa arti pernyataan ini? Kalimat “memberitakan kematian Tuhan” tidak berarti setiap umat percaya akan memberitakan kematian Tuhan Yesus ke berbagai tempat. Memang akan sangat baik jika jiwa dan semangat seperti itu dimiliki gereja sehingga semangat penginjilan tetap berkobar. Tingkat kerinduan dan kemauan memberitakan injil di hati orang percaya berbeda-beda. Lalu arti dari kalimat ini sebenarnya lebih mengarah pada setiap orang yang ikut mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus harus mengingat kembali akan penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib, dimana Ia mati untuk menggantikan dan menebus orang berdosa. Dengan melakukan hal ini diharapkan umat percaya semakin mencintai, mengikuti dan menaati Yesus hingga nantinya bertemu dengan Yesus muka dengan muka. Jadi mengingat kematian Yesus berarti kita telah memberitakan kematian Yesus dan kita sadar bahwa  merupakan anugerah Allah dan bukan karena perbuatan baik atau kelayakan kita dihadapan Allah. Ketika melakukan Perjamuan Kudus, kita harus mengingat pergorbanan Kristus dan hal ini menuntun kita untuk mengakui dosa-dosakota dan bertobat di hadapan Allah.
Bagi sekelompok orang, memberitakan kematian Yesus Krisus diartikan dengan menyalibkan diri mereka sendiri. Dengan cara demikian, mereka beranggapan telah sungguh-sungguh merasakan penderitaan Yesus. Namun pola seperti ini tidak pernah diajarkan Alkitab. Coba perhatikan ayat-ayat yang membahas saat-saat Yesus menetapkan sakramen Perjamuan Kudus, Yesus mengambil roti dan cawan yang melambangkan tubuh dan darahNya dan setelah itu, Yesus memerintahkan untuk memperbuat sedemikian sebagai peringatan akan Yesus. Tidak ada perintah untuk menyalibkan diri mereka. Perjamuan Kudus merupakan suatu momen penting bagi umat percaya untuk menyelidiki hati dan bertobat di hadapan Tuhan serta mendedikasikan diri kembali kepada Yesus.
Aspek kedua yang perlu kita ketahui bahwa ketika kita melaksanakan perjamuan kudus, kita juga perlu mengingat akan kedatangan Yesus. Kalimat “sampai Ia datang” memberikan petunjuk bahwa sakramen Perjamuan Kudus ini merupakan sakramen yang akan tetap dilaksanakan hingga Tuhan Yesus datang kembali. Namun kalimat ini juga memberi petunjuk adanya suatu kepastian mutlak akan kedatangan Yesus kembali. Ketika umat percaya melaksanakan sakramen ini, kita menghapus suatu keraguan bahwa Yesus tidak akan datang kembali. Sangat mudah bagi orang tertentu untuk meragukan kedatangan Yesus kembali, mengingat pernyataan ini telah berumur hampir 2.000 tahun, namun Yesus tidak kunjung datang. Tetapi bagi mereka yang percaya, tidak ada keraguan atas janji Kristus, mereka memiliki keyakinan bahwa apa yang Yesus katakan pasti digenapi. Mereka tidak memiliki dasar untuk ragu karena jika ragu akan pernyataan Yesus, maka mereka juga bisa ragu akan janji dan pernyataan Yesus akan keselamatan mereka. Semua berita keselamatan dan kedatangan Yesus diperoleh dari satu sumber yaitu Alkitab. Oleh karena itu, sakramen Perjamuan Kudus akan selalu mengingatkan umat percaya akan kedatangan Yesus kembali agar tidak terlena dengan segala keindahan dunia ini. Apapun yang dimiliki dunia ini, suatu saat akan berakhir.
Yang menjadi pertanyaan, apa yang kamu lakukan ketika turut mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus? Apakah kamu hanya mengamati saja ketika roti dan cawan dibagikan? Atau apakah kamu mengambilnya dengan tanpa pertimbangan dan perenungan akan kematian dan kedatangan Yesus kembali? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu melihat apa yang disampaikan Paulus yang juga merupakan syarat-syarat mengikuti Perjamuan Kudus dan hukuman atas ketidaklayakan mengikuti Perjamuan Kudus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar