Kamis, 28 Februari 2013

PENETAPAN SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS (Bagian IV)


PENETAPAN SAKRAMEN  (Bagian IV)

 [by samson h]
PENYIMPANGAN AJARAN PERJAMUAN KUDUS
Mungkin banyak di antara kita yang sudah mendengar praktek-praktek Perjamuan Kudus yang dilakukan berbagai kelompok kekristenan saat ini. Salah satu penyimpangan yang sangat popular saat ini adalah menjadikan roti dan cawan Perjamuan Kudus itu sebagai magis (jimat) atau mantra dimana dengan ikut mengambil Perjamuan Kudus, ada suatu anggapan bahwa semua jenis penyakit dan penderitaan akan lenyap dan jika seseorang itu masih tetap memiliki sakit penyakit, itu berarti ia tidak beriman atau tidak percaya Yesus.
Adajuga orang yang mengganggap roti dan cawan Perjamuan Kudus itu bisa memberikan suatu perlindungan dan kekebalan dalam dirinya dimana dengan rutin mengikuti Perjamuan Kudus, tubuhnya menjadi kebal terhadap segala jenis penyakit dan sebagainya. Yang lebih populer bagi kaum pelajar saat ini, ada yang mengajarkan bahwa dengan turut mengambil roti dan cawan Perjamuan Kudus, mereka bisa menjadi pintar dan lulus ujian. Hal-hal ini telah menjadi sesuatu yang biasa terdengar di masyarakat Kristen bahkan sekarang ini anak-anak kecil yang masih berumur 3 tahun sekalipun telah diperbolehkan ikut dalam Perjamuan Kudus. Semua ini dilakukan karena adanya suatu anggapan bahwa roti dan cawan itu berperan sebagai magis atau mantra yang mendatangkan suatu kekuatan dan perlindungan bagi mereka yang mengambilnya.
Adaorang Kristen dengan perasaan bangga memberitahukan kepada teman-temannya bahwa anaknya yang masih berumur 3-4 tahun sudah ikut dalam Perjamuan Kudus dan kesehatan anak itu sepenuhnya bergantung pada kuasa Perjamuan Kudus itu. Orangtua anak itu mengganggap tidak perlu berobat ke dokter ketika anaknya sakit. Ia cukup dengan mengambil roti Perjamuan Kudus anaknya akan pulih total.
Yang menjadi pertanyaan, apakah memang demikian arti, manfaat dan tujuan Perjamuan Kudus? Di sinilah letak tanggungjawab para pemimpin rohani diuji. Pemimpin rohani yang menjadi gembala sidang harus mengajar dan melindungi gembalaannya dari segala jenis pengajaran yang bertentangan dengan firman Allah. Kita tidak bisa bersikap apatis terhadap hal-hal seperti ini. Tetapi sebaliknya, pemimpin rohani harus menegakkan dan mengajarkan kebenaran firman Allah. Memberitahukan apa yang salah dan keliru, serta memberitahukan apa yang tidak patut diikuti jemaat gembalaan, tidak sama dengan menghakimi atau mengkritiki orang lain. Seorang ayah yang baik akan selalu memberitahukan apa yang baik, yang harus dilakukan anak-anaknya, sekaligus apa yang tidak patut dilakukan. Pemimpin rohani jangan sekali-kali pernah merasa bahwa adalah salah atau dosa jika memberitahukan apa yang salah yang telah dilakukan orang lain. Justru dengan memaparkan hal-hal yang salah tersebut dan menjelaskan dimana letak kesalahan tersebut, jemaat gembalaannya akan mengerti dan mengikuti apa yang benar. Allah memberikan Alkitab bagi kita bukan untuk disembah tetapi untuk dibaca, direnungkan dan dipelajari. Hanya dengan melakukan hal-hal ini orang Kristen sejati bisa mengerti apa yang Tuhan katakan dalam Alkitab.
Sampai kapan penyimpangan arti dan tujuan Perjamuan Kudus ini akan berlangsung? Kita tidak tahu. Namun, yang kita tahu dari firman Allah bahwa menjelang akhir zaman akan semakin banyak penyimpangan-penyimpangan dari firman Allah dan akan semakin banyak pengajar-pengajar sesat dalam gereja. Tetapi Tuhan akan tetap menghukum mereka yang mengajarkan kesesatan. Tuhan bisa saja menghukum mereka dalam hidup ini dan yang pasti Tuhan akan menghukumnya pada akhir zaman. Kita tidak tahu jenis hukuman apa yang Tuhan akan berikan kepada mereka yang telah mengajarkan kesesatan. Namun Tuhan juga bisa saja membiarkan para pengajar sesat seperti seorang yang sedang berjaya dan benar, dan akibatnya semakin banyak orang yang menjadi pengikutnya karena orang banyak menganggap ia benar. Penilaian masyarakat awam sering seperti ini. Mereka selalu melihat dari hasil dan jika hasilnya ada dan bagus, maka mereka akan menganggap cara dan ajaran itu benar. Namun sebaliknya jika tidak ada hasil meskipun orang itu mengajarkan kebenaran, maka masyarakat akan menganggap orang itu tidak mengajarkan yang benar. Hal seperti inilah yang terjadi pada masa Nabi Yeremia ketika ia memberitahu umatIsraelbahwa mereka akan dihukum dan dibuang ke Babilonia selama 70 tahun. Tak seorangpun yang percaya akan pernyataan nabi itu. Mereka justru membenci dan mengucilkannya. Namun itu tidak bararti bahwa apa yang ia beritakan itu sesat hanya karena tidak ada yang mau mengikuti ajarannya. Memiliki dan mengajarkan kebenaran tidak selalu diterima orang banyak tetapi sebaliknya ajaran yang salah dan sesat akan mudah diterima orang banyak.
Jika penyimpangan pada arti dan tujuan Perjamuan Kudus terus menerus dilakukan, Tuhan akan murka dan melimpahkan murkaNya pada mereka yang tidak layak mengambil Perjamuan Kudus. Tuhan tidak menghukum semua manusia yang melakukan kesalahan yang sama dengan hukuman yang sama seperti yang kita lihat dalam 1 Korintus 11:30. Bahkan bisa dikatakan bahwa kita tidak pernah melihat hal-hal seperti itu dalam gereja sekarang ini.
Sama seperti kematian Ananias dan Safira dalam Kisah Para Rasul 5:1-11 ketika mereka berbohong kepada Roh Kudus, mereka mati seketika. Mereka tidak korupsi atau menyelewengkan uang gereja, dan bukan juga karena tidak membayar persembahan persepuluhan tetapi karena mereka tidak jujur ketika ingin memberikan persembahan kepada Tuhan. Mereka menyembunyikan sebagian dari hasil penjualan harta mereka, dan ketika menghadap rasul-rasul, mereka berkata bahwa itulah hasil penjualan harta tersebut. Jika seandainya mereka jujur dan berkata bahwa, inilah yang bisa kami berikan untuk dipersembahakan kepada Tuhan dan sebagian lagi kami simpan untuk kebutuhan hidup, mereka tidak akan dihukum Tuhan. Hasil penjualan harta itu sepenuhnya merupakan hak dan milik mereka. Mereka juga tidak akan salah jika mereka memberikan sebagian saja dari hasil penjualan itu meskipun orang lain memberikan semua hasil penjualan harta mereka. Namun karena berbohong, mereka dihukum mati. Tetapi hukuman seperti ini tidak kita lihat terjadi sekarang ini meskipun ada begitu banyak kesalahan yang dilakukan para pemimpin gereja.Adayang menyelewengkan uang gereja untuk kepentingan pribadi, ada yang korupsi, ada yang mencuri uang gereja dan sebagai. Tetapi Tuhan tidak menghukum mereka seperti apa yang Tuhan lakukan kepada Ananias dan Safira. Yang pasti Tuhan pasti menghukum mereka yang sesat dan salah sesuai dengan cara dan waktu Tuhan sendiri.
Marilah kita kembali kepada ajaran Alkitab dan selidiki apa sebenarnya yang Alkitab katakan tentang Perjamuan Kudus ini. Kita tidak perlu mencari-cari arti atau menambahkan arti di luar dari apa yang telah dituliskan dalam Alkitab. Apa yang dicatat dalam Alkitab sudah cukup bagi setiap orang di dunia ini untuk bisa membawanya masuk ke sorga dan kita tidak membutuhkan tambahan lain. Bahkan apa yang ada dalam Alkitab itu tidak bisa habis untuk ditelaah dan dipelajari orang Kristen yang pernah hidup di dunia ini. Berhati-hatilah dalam memberikan suatu arti Firman Allah karena jika salah, kita akan mendapatkan hukuman dari Tuhan.
CARA MELAKSANAKAN PERJAMUAN KUDUS
Sangat bisa dipastikan bahwa pelaksanaan Perjamuan Kudus di berbagai gereja berbeda-beda. Tradisi dan kebiasaan para pendahulu suatu gereja telah melekat menjadi tradisi gereja tertentu masa sekarang. Perbedaan-perbedaan ini tentu tidak terlepas dari catatan firman Allah yang tidak memuat pola atau cara tertentu sebagai satu-satunya cara yang harus diikuti umat Kristen. Alkitab tidak pernah memberikan penjelasan tentang prosesi pelaksanaan Perjamuan Kudus. Mungkin inilah yang membuat para teolog tidak begitu mempersoalkan cara atau prosesi perjamuan Kudus yang dilakukan berbagai gereja. Keseluruhan hal ini diserahkan pada pemimpin rohani suatu gereja untuk mempelajari Firman Allah dan kemudian menentukan sendiri apa yang terbaik bagi mereka. Namun, karena tidak adanya pola yang ditetapkan Alkitab, maka akan sangat penting bagi para pemimpin gereja untuk menetapkan dalam hati bahwa mereka tidak memiliki dasar untuk mengkritisi pola prosesi Perjamuan Kudus yang dilakukan gereja tertentu selagi arti Perjamuan Kudus itu sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab.
Berapa seringkah melaksanakan Perjamuan Kudus?
Sama seperti pola prosesi Perjamuan Kudus, berapa sering pelaksanaan Perjamuan Kudus untuk dilakukan suatu gereja juga tidak diatur dalam Alkitab. Namun yang menjadi petunjuk yang bisa dilihat dalam Alkitab adalah 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.” Perhatikan frase “setiap kali” di sini. Frase ini dalam bahasa Yunani adalah “hosakis an” yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai “as often as” dan dalam Alkitab bahasa Indonesia “setiap kali.” Berdasarkan petunjuk ini, maka sangat terbuka bagi para teolog untuk memberikan berbagai tafsiran dari pernyataan ini untuk diterapkan dalam gereja-gereja yang mereka pimpin.
Namun mempertimbangkan juga apa yang menjadi kebiasaan gereja mula-mula secara khusus setelah Pentakosta. Pelaksanaan Perjamuan Kudus menjadi ritual yang biasa dilakukan orang-orang percaya ketika sedang berkumpul dalam sebuah ibadah. Kiah Para Rasul 2:41-47 mencatat bahwa ada dua kali kalimat tentang memecahkan roti yang dicatat dalam perikop ini. Perhatikan ayat-ayat berikut, “Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa” (ay. 42) dan “Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir” (ay. 46).
Dari pernyataan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa di awal berdirinya gereja lokal, orang-orang Kristen kerap kali menyelenggarakan Perjamuan Kudus, bahkan setiap kali mereka mengadakan ibadah di rumah-rumah (karena masa itu tidak ada gedung gereja seperti sekarang, jadi ibadah hanya dilakukan di rumah-rumah jemaat secara bergilir), mereka akan memecahkan roti atau mengadakan Perjamuan Kudus. Oleh karena itu, di masa sekarang juga kita tidak memiliki suatu patokan berapa sering suatu gereja menyelenggarakan Perjamuan Kudus. Semua kegiatan ini sepenuhnya diatur gereja atau denominasi masing-masing.
Semoga melalui artikel ini, orang-orang percaya mendapatkan pengertian dan pengetahuan yang lengkap tentang sakramen Perjamuan Kudus. Kiranya kita selalu memiliki keinginan yang tinggi untuk mendalami Alkitab dan kerinduan untuk semakin mengerti Firman Allah. Mengetahui firman Allah adalah satu-satunya kunci mengetahui kehendak Allah, sehingga kita bisa melakukan apa yang berkenan kepada Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar